Journalism Day 2022 : Jurnalis Perempuan dalam Memperjuangkan Isu-isu Kaumnya Sendiri
talentamudakita.blogspot.com - Webinar Journalism Day 2022 bertema “Tantangan Jurnalis Perempuan Dalam Mengawal Isu-Isu Perempuan” pada Selasa (20/09/2022) yang dilaksanakan via daring dan luring.. (Tangkapan layar Youtube)
talentamudakita.blogspot.com, SOLO - Acara yang bertajuk Journalism Day 2022, merupakan agenda tahunan dari Media Club program studi Ilmu Komunikasi, Universitas Bakrie. Journalism Day tahun ini diadakan pada hari Selasa (20/09/2022) di Universitas Bakrie Kampus Plaza Festival Ruang 1 dan 2, yang dihadiri oleh ratusan audiens baik dari dalam maupun luar kampus. Audiens tersebut berasal dari kalangan akademisi, pelajar, dan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia.
Dengan mengangkat topik “Tantangan Jurnalis Perempuan Dalam Mengawal Isu-Isu Perempuan” sekaligus menghadirkan dua pembicara yang merupakan expert di bidang jurnalistik, yakni Uni Zulfiani Lubis, Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), dan Putri Ayuningtyas, salah satu News Anchor di media kenamaan CNN Indonesia. Keduanya ialah wartawan perempuan yang sudah lama berkecimpung di dunia jurnalistik.
Keberlangsungan acara dipandu oleh moderator Theresia Aprillie, selaku mahasiswa Ilmu Komunikasi dari Universitas Bakrie.
Sesi talkshow dimulai dengan moderator melemparkan pertanyaan pertama yakni perihal bagaimana pengalaman menjadi jurnalis perempuan di era kini. Baik dari masing-masing narasumber menuturkan bahwasanya menjadi jurnalis perempuan di era sekarang ini memiliki berbagai macam tantangan. Mereka dituntut untuk terus sigap menanggapi derasnya arus digitalisasi.
“Dulu ketika ingin mencari narasumber harus bertemu langsung. Sekarang di era digital semudah menggunakan aplikasi pesan cepat untuk mengontak narasumber, namun juga berdampak terhadap persaingan media semakin ketat, “ ujar Uni Lubis menanggapi perbedaan tantangan bagi jurnalis dulu dan sekarang.
Beranjak dari Uni Lubis, Putri menggambarkan mengenai kehidupannya sebagai seorang jurnalis yang secara tidak langsung memiliki “privilege” sebagai seorang perempuan. Ia menjelaskan ketika meliput kasus kekerasan seksual, dirinya sebagai perempuan merasa lebih dimudahkan untuk melakukan pendekatan terhadap korban maupun keluarga korban.
“Menurut saya, jurnalis perempuan itu lebih bisa mengemas suatu berita terlebih lagi berkaitan dengan bencana, kejadian buruk, kecelakaan, baik dari segi pendekatannya akan lebih baik,” tuturnya menambahkan perihal “privilege” jurnalis perempuan.
Pembahasan menuju ke arah yang lebih intens, ketika moderator menyinggung isu profesionalisme dalam dunia jurnalistik. Uni lubis kembali menekankan perihal perkembangan teknologi sangat memudahkan untuk para jurnalis meningkatkan skill jurnalistiknya. Ia berbagi pengalaman ketika dirinya didapuk untuk meliput suatu berita di luar negeri. Dari peralatan kamera hingga penulisan naskah dilakukannya sendiri. Sehingga tidak ada alasan bagi para jurnalis perempuan untuk mengeluh tidak bisa.
Yang terakhir, Uni Lubis berpesan untuk para jurnalis perempuan agar dapat terus bertahan di tengah banyaknya tantangan baik dari dalam maupun luar diri. Yang pertama yakni tentang attitude, baik dari sikap maupun pemikiran dari seorang jurnalis perempuan harus kritis dan terus beradaptasi dengan hal baru. Yang kedua ialah terus menjaga kesehatan. Seorang jurnalis harus concern terhadap kesehatannya masing-masing. Ketika tubuh sehat dan bugar maka kegiatan jurnalistik dapat terlaksana dengan baik.
Komentar
Posting Komentar